September 5, 2016

Travel: Bandung, Bukan Cuma Masalah Geografis

“Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku ketika sunyi,“ Pidi Baiq.

www.infobdg.com
Sebait ungkapan dari penulis novel Dilan, Pidi Baiq, mungkin tepat menggambarkan kesan yang ditinggalkan Kota Kembang ini terhadap penghuni maupun pengunjungnya. 

Sejarah menyebutnya sebagai Bandung Lautan Api ketika zaman penjajahan. Ketika zaman kerajaan Padjajaran dikenal dengan bagian dari Negeri Pasundan. Kini berdirinya universitas besar Indonesia di kota ini menjadikan Bandung sebagai Kota Pendidikan. 

Namun yang paling membuat orang ingin kembali mengunjungi Bandung adalah kreativitas warganya yang tak pernah henti menciptakan terobosan di bidang fashion, seni dan kuliner.

Tidak hanya itu, cuaca yang sejuk meskipun tidak sedingin dulu masih membuat warga Jabodetabek berbondong-bondong ke Bandung saat akhir pekan. Tersohornya kota ini bahkan sudah merambah negeri jiran Malaysia yang warganya menjadi nomor satu wisatawan asing yang masuk dari pintu Bandara Internasional Husein Sastranegara.

Wisatawan Malaysia yang saya temui ketika sedang riset di Floating Market Lembang bahkan mengaku sudah mengunjungi Bandung empat kali kurang dari satu tahun. Akses yang mudah dan terjangkau dengan adanya penerbangan langsung dari Kuala Lumpur turut menyumbangkan pendapatan Kota Bandung.

Wisman Malaysia yang datang ke Bandung tidak hanya rombongan keluarga tapi juga young travelers-nya yang pergi bersama teman untuk mencicipi kuliner, sekedar berwisata atau hunting foto di area bekas arsitektur kolonial seperti Jalan Braga.

Salah satu ciri khas masyarakat Bandung adalah komunitasnya. Berbagai macam hobi ada komunitas sendiri. Tapi tidak sekedar kongkow-kongkow saja namun juga dari kumpul-kumpul ini muncullah ide-ide kreatif yang menjadikan Bandung terkenal seperti sekarang. Karakter masyarakat asli Bandung dikenal bodor macam almarhum Kang Ibing, Si Kabayan. Bukan sembarang bobodoran tapi cerita humor yang mendidik.

Kini Bandung dikuasai pemudanya. Warga mudanya adalah kekuatan Bandung. Walikotanya saat ini juga punya jiwa muda. Meskipun belum seluruhnya tertata, taman-taman kota yang tematik jadi pemandangan unik tersendiri. Saya menyempatkan mengunjungi taman-taman ini sambil jalan pagi.

Selesai pagi hari di kota, aktivitas selanjutnya bisa jadi kulineran. Di sini Bandung and beyond mulai berperan. Memang di kota juga tidak kalah banyak pilihan kuliner, namun daerah Lembang dan Dago yang bisa dicapai kurang dari satu jam kalau tidak macet, berdiri berbagai restoran unik yang mantap rasanya mantap pula harganya plus disuguhi pemandangan apik hutan pinusnya.

Ah memang tidak ada habis-habisnya bercerita tentang Bandung. Ini memang bukan masalah geografis semata tapi ada suasana yang menghangatkan hati, memori manis yang tertinggal, dan sekulum senyum yang mengembang ketika mengingatnya....(***)

1 Comments: