March 12, 2016

Travel: Matur, Nagari Labu

Pemandangan Danau Maninjau yang berkabut dari atas bukit. Foto: Dok. Pribadi
Jika Anda mengunjungi Danau Maninjau dari Bukittinggi, Anda pasti tidak akan melewati Nagari Matur yang masih bagian dari Kabupaten Agam ini. Nagari adalah sebutan di Sumatera Barat untuk wilayah setingkat desa atau kelurahan. Matur bisa dibilang tempat persinggahan sebelum mempersiapkan nyali melewati Kelok Ampek Puluah Ampek (Kelok 44) atau tempat peristirahatan sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Bukittinggi.

Memasuki Kecamatan Matur udara terasa semakin dingin karena di wilayah ini masih banyak perkebunan warga dan belum banyak pembangunan. Rumah warga masih sederhana dengan lapaunya (warung kelontong) yang terlihat dibangun seadanya dari kayu. Sepanjang perjalanan juga tidak terlihat hotel berdiri. Biasanya pengunjung yang ingin menginap langsung ke daerah Danau Maninjau.

Labu hasil panen dipajang di depan rumah warga. Foto: syarliz.blogspot.com
Namun yang menarik perhatian adalah deretan labu kuning berbagai ukuran yang terpajang di depan rumah warga. Kabarnya labu ini dapat bertahan hingga satu tahun jika tampuknya tidak rusak dan enam bulan jika sudah terkena panas dingin. Penempatannya pun harus dengan rak kayu karena jika diletakkan di semen akan cepat membusuk. Melihat labu dengan ukuran yang fantastis hingga sekitar 20 kg sangat menggugah selera. Saya langsung terbayang kolak labu yang sering dibuat di rumah ketika bulan Ramadhan.

Di sini ada dua toko yang menjual olahan labu namun yang paling besar adalah toko Bundo Kanduang yang terletak persis di tikungan sebelum memasuki wilayah Matur. Di toko terdapat berbagai makanan yang diolah menjadi kerupuk, keripik, dan sagun. Kabarnya ada galamai, semacam dodol, yang juga terbuat dari labu namun sayang saya belum berjodoh dengan makanan ini hehehe...

Sementara itu menempel di samping toko ada tempat makan kecil yang menyediakan menu cendol labu, kolak labu, dan satu-satunya yang sempat saya icip di lokasi, adalah ice cream labu. Ice cream labu ini dikemas dengan cup kecil yang diberi batangan coklat di atasnya. Rasanya enak banget, labunya berasa namun tidak terasa aneh. It’s a must try kalau Anda singgah di sini.

Ice Cream Labu Kolin. Foto: nedylutfi.wordpress.com
Dilansir situs Kabupaten Agam, si pemilik Bundo Kanduang ini memang sengaja tidak memasarkan produk olahan labunya melalui agen ke kota-kota besar. Tujuannya agar turis harus datang langsung ke Matur agar Matur pun banyak dikunjungi wisatawan.

Namun sepertinya wisata labu ini belum begitu banyak tampil di promosi pariwisata Sumbar ataupun Kabupaten Agam. Jika pemerintah dan biro perjalanan bekerjasama membuat paket wisata yang mengajak pengunjung melihat perkebunan labu dan cara membuat olahan labu tentu akan lebih menarik wisatawan asing.  

Saya jadi teringat ulasan wartawan Kompas pekan lalu yang diundang wisata ke Prefektur Fuefuki, Jepang. Pemerintahan Prefektur Fuefuki mencantumkan kebun strawberry dan pengolahan mochi dalam daftar itinerary wisata Fuefuki. Bahkan peserta diajari cara membuat mochi kemudian mengemasnya hingga secara tidak langsung membuat peserta membeli mochi hasil buatan mereka sendiri dengan harga yang cukup mahal. Bukan tidak mungkin kalau dikemas apik paket wisata Matur-Danau Maninjau bisa dijual kepada turis-turis asing. (***)

0 Comments:

Post a Comment