March 12, 2016

Danau Maninjau, Negeri 5 Menara, dan Kelok 44

Panorama dari atas bukit Danau Maninjau. (Foto: Dok. Pribadi)
Danau Maninjau adalah danau vulkanik dan merupakan danau terbesar kedua setelah Danau Singkarak di Provinsi Sumatera Barat. Daerah ini juga yang menginspirasi novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi hingga diangkat kisahnya ke layar lebar. Penulis sendiri berasal dari Nagari Bayur, masih di daerah Maninjau. Jauh sebelum Ahmad Fuadi ada juga Buya Hamka yang terkenal dengan karyanya Tenggelamnya Kapal Van der Wijk’.

Karena danau vulkanik banyak orang yang membuat keramba untuk budidaya ikan. Bahkan warga luar daerah bisa menyewa keramba-keramba ini dan mengupah orang lain untuk mengurusnya. Nanti ketika sudah siap panen tinggal datang ambil hasilnya. Tapi karena banyak keramba airnya pun sedikit keruh meskipun kalau melongok di pinggiran danau masih ada terlihat ikan-ikan kecil.  

Tantangan Kelok 44
Sebenarnya ada lebih dari 44 kelokan (belokan) menuju Maninjau. Tapi entah kenapa hanya ketika sudah agak ke bawah kelokan ini dihitung. Kelokan dimulai dari 44 terus menuju Kelok 1 paling bawah ketika sudah sampai di danau. Setiap kelokan diberi penanda dengan sponsor iklan.

Peserta Tour de Singkarak harus melewati Kelok 44. (Foto: Agamkab.go.id)
Wajib cek kendaraan Anda dulu sebelum berangkat karena medan yang terjal dan memutar hampir 360 derajat cukup berbahaya. Belum lagi jalannya tidak begitu lebar dan sering berpapasan dengan bus-bus wisata yang besar, herannya banyak pengemudi berani ngebut di landasan ini. Yang tidak begitu kenal medan sebaiknya gunakan supir lokal yang biasa membawa wisatawan ke sini.

Meskipun area cukup berbahaya, pemandangan sepanjang kelok ini sangat indah. Hamparan sawah terasering dengan petani-petani yang sibuk menanam padi bisa Anda lihat. Pengolahan sawah pun masih sederhana dengan bajak tradisional kerbau bukan mesin. Berbagai olahan kebun dipajang di depan rumah.

Rinuak yang Mirip Teri
Rinuak kering (Foto: dbento.com)
Beda danau beda pula ikannya. Kalau di Danau Singkarak terkenal dengan ikan Bilih, Danau Maninjau menghasilkan ikan endemik yang dikenal dengan nama Rinuak. Rinuak mirip sekali dengan ikan Teri namun rasanya tawar. Ikan ini bisa Anda temukan dijajakan warga setempat di sepanjang desa dekat Danau Maninjau. 

Karena bentuknya yang kecil-kecil biasanya dijadikan olahan peyek, palai (pepes), atau goreng tepung. Ada juga kemasan Rinuak yang sudah kering siap untuk dibawa pulang untuk diolah kemudian.

Dari sekian olahan Rinuak yang paling saya suka adalah perkedel Rinuak dan peyeknya. Cita rasa pepesnya kurang mengesankan karena sepertinya tidak kaya bumbu.  Hanya saja perlu hati-hati dan tawarlah kalau membeli di sini. Kadang kalau tahu Anda adalah pendatang, penjual bisa memasang harga tinggi. Ikan Bada asap dipatok lebih dari 40 ribu untuk satu plastik ¼ kg.
Perkedel Rinuak (Foto: dbento.com)
Masih banyak wisata yang perlu dikunjungi dan kuliner yang perlu dicoba di sekitar Maninjau. Sayang kunjungan saya ke sini hanya singkat saja. Keinginan untuk jajal paralayang di Puncak Lawang, melihat Museum Kelahiran Buya Hamka, dan bermalam di daerah Embun Pagi sepertinya harus dilakukan lain kali. (***)

0 Comments:

Post a Comment