July 4, 2020

Perlukah Wanita Lajang Membeli Rumah?



Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya akan berbeda-beda tergantung kondisi masing-masing. Namun jika Anda wanita lajang, usia 30an, belum menikah, dan bekerja saya tidak akan ragu untuk menjawab perlu. Lalu kalau keadaan Anda ada di salah satu kasus di bawah mungkin sudah seharusnya Anda mulai mempersiapkan membeli rumah.

1. Sudah terlalu lama ngekost
Wanita yang sudah lama ngekost bahkan mulai dari kuliah pasti merasakan sebagus-bagusnya kostan tetap tidak sebebas rumah sendiri. Biaya ngekost di kota besar apalagi Jakarta untuk satu kamar yang nyaman tidak murah. Tarif bulanan kostan kelas menengah mungkin masih terjangkau namun fasilitasnya pun terbatas. Kostan murah di pusat kota? Ada kok tapi tentu dengan segala kekurangannya.

Saya pernah merasakan ngekost yang di dalamnya hanya muat satu single bed dan meja kecil di sampingnya. Mau rebahan di lantai aja sempit. Lokasinya di pemukiman cukup padat belakang gedung perkantoran. Penyewa tidak boleh menggunakan kompor dan kulkas. Waktu itu saya datang ke kantor pagi dan pulang malam karena kantor masih terasa lebih lega dan nyaman.

 

Mencicil rumah mungkin jauh lebih lebih mahal daripada sewa kamar kost namun kalau Anda memang berniat dan ketat membatasi pengeluaran hal itu bisa diatasi kok. Bayar kostan bertahun-tahun kamar itu tidak akan jadi milik kita. Sedangkan mencicil rumah mudah-mudahan tidak terasa sudah berjalan lama dan akhirnya menjadi hak milik. Plus sebelum lunaspun Anda sudah bisa menempatinya. 

Saat work from home selama dua bulan kemarin beberapa teman yang ngekost merasakan betapa bosan dan tersiksanya harus di kostan full dengan segala keterbatasannya. Kalau yang di rumah aja bisa kena cabin fever gimana yang area geraknya cuma satu kamar aja.

2. Not all houses are home sweet homes
Rumah seharusnya menjadi tempat berlindung di mana kita merasa aman dan nyaman. But honey dear, not all houses are safe havens. Kalau pulang ke rumah membuat kamu ketakutan, stress, tertekan segera evaluasi apakah kamu perlu tinggal lebih lama di sana. A moment when going back home wasn’t a good choice. A moment when you would mend the shortage of living outside rather than crawling back home.

Ukurannya?
Kamu lebih disorganized tinggal di rumah.
Dunia berasa kecil, sempit, dan ga bisa memandang masa depan dengan positif.
Kamu melihat kesempatan-kesempatan kamu terbatas dan tidak bisa mengembangkan kemampuan personal dan profesional dengan tenang.
You feel suffocated.

Rumah sendiri berarti kamu bisa mengaturnya sendiri. Jangan salah ini bukan tentang kebebasan untuk hidup seenaknya but living with your own terms and values to improve your personal life so you can get that Master Oogway and Master Shifu taught…inner peace.

tenor.com

3. Kamu sudah membuang impian akan disediakan rumah langsung oleh suami ketika menikah. 
Untuk yang masih bermimpi ketika menikah nanti pasti akan langsung disambut dengan rumah baru mungkin harus segera bangun. Kenyataannya banyak laki-laki yang belum/tidak mempersiapkan rumah sebelum menikah. Tidak salah juga karena mungkin beberapa memiliki pemikiran misalnya takut rumah yang disediakan tidak sesuai dengan keinginan calon istri jadi nyari rumahnya nanti saja kalau sudah menikah. Kalau calonnya sudah mempersiapkan biayanya mungkin tidak butuh lama untuk punya rumah sendiri. Apalagi kalau kamu juga bekerja.

Tapi banyak juga yang TIDAK MEMPERSIAPKAN bahkan parahnya TIDAK TERPIKIR untuk mempersiapkan biaya rumah sama sekali sebelum menikah.

Kalau begitu enak di cowo dong tinggal numpang? Ini beberapa kali dilontarkan ke saya oleh teman yang ga rela melihat adik perempuannya yang beli rumah, mobil dan beberapa keperluan rumah tangga lainnya. Yah jangan dienakin tapi ditempatkan sesuai posisinya.

Harta sebelum menikah adalah harta masing-masing. Jadi rumah yang kamu beli sebelum menikah adalah hak milik kamu. Suami kamu nanti tidak punya hak untuk itu juga kalau suatu saat skenario terburuknya kalian berpisah. Jadi tidak ada niat untuk membebaskan kewajiban laki-laki sebagai yang harus memberikan sandang, pangan, dan papan. Tapi kalau kamu sendiri bekerja tentu akan lebih ringan ditanggung berdua tanpa menghilangkan kewajiban masing-masing .

Lalu bagaimana kalau kita terpaksa tinggal di rumah yang saya beli? Bagaimana rumah yang saya beli kalau ikut tinggal dengan suami di tempat lain?

Tinggal di rumah yang kamu beli
Suami bisa meneruskan cicilan, membantu membeli kelengkapan lainnya seperti mobil dan perlengkapan rumah. Tapi yang harus diingat kalau suami meneruskan cicilan adalah dia mungkin saja akan mengklaim hak atas rumah itu kalau kalian berpisah.

Tinggal bersama suami di tempat lain
Rumah bisa disewakan atau dijual untuk biaya mencicil bersama rumah baru.

Dan mungkin masih banyak skema lainnya yang bisa dikompromikan tentang siapa menanggung apa sesuai kemampuan dan harapan masing-masing. Belum apa-apa kok udah ngitung-ngitung kalau pisah gimana? Girl, better to prepare for the worst scenario because money and asset can be the evil cause of separation and divorce process can be so ugly.

4. Investasi
Bekerja dan sudah usia 30an sudah seharusnya memiliki investasi dan rumah adalah asset yang tidak pernah turun harganya. Jika tidak segera ditinggali bisa disewakan.


Sumber informasi tentang rumah yang bisa menambah pengetahuan kamu bisa cek di www.rumah123.com dan www.rumah.com.


0 Comments:

Post a Comment